Selasa, 26 Agustus 2014

Syarah hadits ke 24

Label Post:

عن أبي ذر الغفاري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عزوجل أنه قال : - يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي , وجعلته بينكم محرماً فلا تظالموا , يا عبادي كلكم ضال إلا من هديته فاستهدوني أهدكم , يا عبادي كلكم جائع إلا من أطعمته فاستطعموني أطعمكم , يا عبادي كلكم عارٍ إلا من كسوته فاستكسوني أكسكم , يا عبادي إنكم تخطئون بالليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم , يا عبادي إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني, يا عبادي , لو أن أولكم و آخركم, وإنكسم وجنكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم ما زاد ذلك في ملكي شيئاً , يا عبادي لو أن أولكم و آخركم وإنكسم وجنكم كانوا على أفجر قلب رجل واحد منكم ما نقص ذلك في ملكي شيئاً , يا عبادي لو أن أولكم و آخركم وإنكسم وجنكم قاموا على صعيد واحد فسألوني فأعطيت كل واحد مسألته ما نقص ذلك مما عندي إلا كما ينقص المخيط إذا أدخل البحر , يا عبادي إنما هي أعمالكم أحصيها لكم ثم أوفيكم إياها فمن وجد خيراً فليحمد الله ومن وجد غير ذلك فلا يلومن إلا نفسه - رواه مسلم Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Allah 'azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku) zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu haram, maka janganlah kamu saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku , pasti Aku mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan dapat membinasakan Aku dan kamu tak akan dapat memberikan manfaat kepada Aku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir diantaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun, jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya. Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. [Muslim no. 2577] Hadist ini diriwayatkan oleh musim dalam kitab Al-bira : bab diharamkanya kedzaliman . Kedudukan hadist : Hadist qudsi ini sangat agung, rabbani dan penuh berkah, mencakup kaidah kaidah yang agung dan dasar-dasar islam. Cabang-cabang dan adab-adabnya, imam An-nawawi menyebutkan dalam kitabnya "Al- adzkar" bahwa Abu idris Al-khulaini: perawinya dari Abu dzar ; Apabila meriwayatkan berlutut sebagai pengagungan dan penghormatan. Para perawinya adalah orang –orang damaskus, Imam Ahmad berkata :tidak ada hadits yang diriwayatkan oleh orang syam yang lebih mulia kedudukanya dari pada hadits ini. Pemahaman hadits: Definisi hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh rosulullah dari Allah SWT ada kalanya melalui malaikat jibril AS. Dan terkadang melalui wahyu ilham atau mimpi, yang redaksinya eluruhnya disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hadist qudsi hampir sama dengan hadits nabawi hanya saja penyandaranya kepada Allah SWT. Dan dinisbatkan kepada allah sebagai pernyataan bahwa Allah lah yang menjadi sumber yang pertma . Beberapa perbedaan antara hadits qudsi dengan Al-quran: 1. Al-quran adalah sebagai mu'jizat baik dari segi lafasz ataupun ma'na sedangkan hadits qudsi tidak . 2. Alquran sah dibaca dalam waktu sholat sedangkan hadits qudsi tidak. 3. Orang yang mengingkri Al-quran berarti kafir sedangkan orang yang mengingkari hadits qudsi tidak hanya menjadi fasik. 4. al-quran lafadz dan ma'nanya dari Allah sedang hadits qudsi lafal dari Rosulullah sedangkan ma'nanya dari Allah. 5. al-quran tidak boleh diriwayatan dengan ma'na sedangkan hadits qudsi boleh. 6. Al-quran tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci sedangkan hadits qudsi boleh. 7. orang yang junub tidak boleh membawa ataupun membaca Al-qurn sedangkan hadits qudsi boleh. 8. barang siapa tyang membaca satu huruf dari Al-quran akan mendapatkan sepuluh kebaikan , sedangkan hadits qudsi tidak. 9. tidak sah menjual Al-quran menurut pendapat ahmad dan makruh menurut pendapat As-syafi'i. Berbeda dengan hadits qudsi tidak haram juga tidak makruh. Hadits qudsi ang jumlahnya lebih dari seratus hadits juga dinamakan hadits ilahi, ada beberapa Imam yang menghimpun khusus hadits qudsi seperti : Ali bin balban dengan kitabnya "Al-maqasid as suniyah fi al hadits illahiyah, didalamnya menghimpun seratus hadits. Diharamkan kezaliman atas Allah Lafal hadits tersebut dengan tegas mengharamkan kezaliman atas Allah terhadap hamba-hambanya, "sesungguhnya aku mengharamkan zalim atas diriku"hal tersebut dinyatakan pula dalam Al-quran surat qaf: 29 ((مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ)) "Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku". dan juga dalam surat yunus:49 ((قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ)) Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya). serta An-nisa': 44. ((أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يَشْتَرُونَ الضَّلالَةَ وَيُرِيدُونَ أَنْ تَضِلُّوا السَّبِيلَ)) Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar). Diharamkan kezaliman atas seluruh hamba: Allah melarang kezaliman atas seluruh hamba dan melarang mereka untuk saling menzalimi, maka diharamkan atas seluruh manusia untuk menzalimi orang lain meskipun kezaliman itu sendiri adalah haram secara mutlak menurut dzatnya dan itu terbai menjadi dua: 1). Menzalimi diri sendiri sedangkan kezalimn yang terbesar adalah menyekutukan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. Luqman:13 ((وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)) Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". Karena perbuatan karena perbuatasyirik itu manyejajarkan makhluq dengan sng kholik(pencipta) dan mempersembahkan hamba dengan Allah SWT. Yang maha suci dari segala sekutu. Kezaliman berikutnya adalah perbuatan maksiat dan dosa baik yang kecil dan besar karena hal itu merupakan tindaka aniaya kepada diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang mengundang azab dan kebinasaan di dunia dan akhirat. 2). Tindakan zalim seorang manusia kepada hamba ang lainya, hal ini telah diharmkan dan diancam pelakunya dengan hadits Rosulullah. Nabi SAW bersabda: "sesungguhnya zalim adalah kegelapan hati pada hari kiamat" dari Abu Musa Al-as'ari dari Nabi SAW beliau bersabda: sesungguhnya Allah memberi tempo kepada orang yang zalim hingga ia menyaksikannya, dia tidak dapat menghindar darinya" kemudian beliau membacakan ayat berikutnya dlam QS.hud 102: 3). ((إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ)) "dan begitulah azab tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negri-negri yang berbuat zalim, sesungguhnya azab itu adalah sangat pedih lagi keras" Tidak diragukan lagi dalam menegakan keadilan dalam pergaulan sesama manusia dan haram kezaliman adalah maksud terpenting dari tjun islam. Hal ini karena adil adalah asas dalam membangun , sistem huku dan peradaban, sebagaimana kezaliman adalah sebab kezaliman umat. Kehancuran peradaban dan lenyapnya kebahagiaan kehidupan di dunia ini.ia juga menjadi sebab kmungkaran Allah di akhirat. MEMBUTUHKAN ALLAH Seluruh makhluq membutuhkan Allah dalam mendatangkan maslahat dan menolak kemudharatan di dunia dan di akherat, mereka sangat membutuhkan petunjuk Allah dan rezekinya di dunia, dan mereka membutuhkan rahmat dan maghfirah allah di Akhirat, seorang muslim mendekatkan diri kepada Allah Rabb semesta alam dengan menunjukan rasa butuh dan menampakan penghambaanya yan benar dengan salah satu dari tiga bentuk dibawa ini:  Meminta, Allah SWT suka dengan hambanya dan cinta jika manusia merupakan rasa butuh kepada Allah dalam urusan kemaslahatan dunia dan akhirat , seperti makan, minum, pakaian. Sebagaimana mereka juga meminta petunjuk dan ampunan. Dalam sebuah hadits disebutkan "salah seorang kamu meminta kepada rabnya tentang seluruh kebutuhanya sehingga tentang tali sandalnya jika terputus.  Memohon agar selalu mendapatkan hidayah dari Allah SWT.  Melaksanakan perintah secara penuh, yaitu dengan meninggalkan semua yang dilarang dan mengerjakan semua yang dilarang. Kalimat “sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku) zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu haram”, sebagian ulama mengatakan maksudnya ialah Allah tidak patut dan tidak akan berbuat zhalim seperti tersebut pada firman-Nya : وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا “ Tidak patut bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil anak ”. (QS. maryam : 92) Jadi, zhalim bagi Allah adalah sesuatu yang mustahil. Sebagian lain berpendapat , maksudnya ialah seseorang tidak boleh meminta kepada Allah untuk menghukum musuhnya atas namanya kecuali dalam hal yang benar, seperti tersebut dalam firman-Nya dalam Hadits di atas : “Sungguh Aku mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zhalim”. Jadi, Allah tidak akan berbuat zhalim kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, bagaimana orang bisa mempunyai anggapan bahwa Allah berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya untuk kepentingan tertentu? Begitu pula kalimat “janganlah kamu saling menzhalimi” maksudnya bahwa janganlah orang yang dizhalimi membalas orang yang menzhaliminya. Dan kalimat “Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya”, mengingat betapa kita ini lemah dan fakir untuk memenuhi kepentingan kita dan untuk melenyapkan gangguan-gangguan terhadap diri kita kecuali dengan pertolongan Allah semata. Makna ini berpangkal pada pengertian kalimat : مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ “Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”. (QS. Al-kahfi : 39) Hendaklah orang menyadari bila ia melihat adanya nikmat pada dirinya, maka semua itu dari Allah dan Allah lah yang memberikan kepadanya. Hendaklah ia juga bersyukur kepada Allah, dan setiap kali nikmat itu bertambah, hendaklah ia bertambah juga dalam memuji dan bersyukur kepada Allah. Kalimat “maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya” yaitu mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku memberi petunjuk kepadamu. Kalimat ini hendaknya membuat hamba menyadari bahwa seharusnyalah ia meminta hidayah kepada Tuhannya, sehingga Dia memberinya hidayah. Sekiranya dia diberi hidayah sebelum meminta, barangkali dia akan berkata : “Semua yang aku dapat ini adalah karena pengetahuan yang aku miliki”. Begitu pula kalimat “kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya”, maksudnya ialah Allah menciptakan semua makhluk-Nya berkebutuhan kepada makanan, setiap orang yang makan niscaya akan lapar kembali sampai Allah memberinya makan dengan mendatangkan rezeki kepadanya, menyiapkan alat-alat yang diperlukannya untuk dapat makan. Oleh karena itu, orang yang kaya jangan beranggapan bahwa rezeki yang ada di tangannya dan makanan yang disuapkan ke mulutnya diberikan kepadanya oleh selain Allah. Hadits ini juga mengandung adab kesopanan berperilaku kepada orang fakir. Seolah-olah Allah berfirman : “Janganlah kamu meminta makanan kepada selain Aku, karena orang-orang yang kamu mintai itu mendapatkan makanan dari Aku. Oleh karena itu, hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kamu”. Begitu juga dengan kalimat selanjutnya. Kalimat “sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu siang dan malam”. Kalimat semacam ini merupakan nada celaan yang seharusnya setiap mukmin malu terhadap celaan ini. Demikian pula bahwa sesungguhnya Allah menciptakan malam sebagai waktu untuk berbuat ketaatan dan menyiapkan diri berbuat ikhlas, karena pada malam hari itulah pada umumnya orang beramal jauh dari sifat riya’ dan nifaq. Oleh karena itu, tidaklah seorang mukmin merasa malu bila tidak menggunakan waktu malam hari untuk beramal karena pada waktu tersebut umumnya orang beramal jauh dari sifat riya’ dan nifaq. Tidaklah pula seorang mukmin merasa malu bila tidak menggunakan malam dan siang untuk beramal karena kedua waktu itu diciptakan menjadi saksi bagi manusia sehingga setiap orang yang berakal sepatutnya taat kepada Allah dan tidak tolong-menolong dalam perbuatan menyalahi perintah Allah. Bagaimana seorang mukmin patut berbuat dosa terang-terangan atau tersembunyi padahal Allah telah menyatakan “Aku mengampuni semua dosa”. Disebutkannya dengan kata “semua dosa” adalah karena hal itu dinyatakan sebelum adanya perintah kepada kita untuk memohon ampun, agar tidak seorang pun merasa putus asa dan pengampunan Allah karena dosa yang dilakukannya sudah banyak. Kalimat “kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir diantaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun” menunjukkan bahwa ketaqwaan seseorang kepada Allah itu adalah rahmat bagi mereka. Hal itu tidak menambah kekuasaan Allah sedikit pun. Kalimat “jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut”, berisikan peringatan kepada segenap makhluk agar mereka banyak-banyak meminta dan tidak seorang pun membatasi dirinya dalam meminta dan tidak seorang pun membatasi dirinya dalam meminta karena milik Allah tidak akan berkurang sedikit pun, perbendaharaan-Nya tidak akan habis, sehingga tidak ada seorang pun patut beranggapan bahwa apa yang ada di sisi Allah menjadi berkurang karena diberikan kepada hamba-Nya, sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada Hadits lain : “Tangan Allah itu penuh, tidak menjadi berkurang perbendaraan yang dikeluarkan sepanjang malam dan siang. Tidakkah engkau pikirkan apa yang telah Allah belanjakan sejak mula mencipta langit dan bumi. Sesungguhnya Allah tidak pernah kehabisan apa yang ada di tangan kanannya”. Rahasia dari perkataan ini ialah bahwa kekuasaan-Nya mampu mencipta selama-lamanya, sama sekali Dia tidak patut disentuh oleh kelemahan dan kekurangan. Segala kemungkinan senantiasa tidak terbatas atau terhenti. Kalimat “kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut” ini adalah kalimat perumpamaan untuk memudahkan memahami persoalan tersebut dengan cara mengemukakan hal yang dapat kita saksikan dengan nyata. Maksudnya ialah kekayaan yang ada di tangan Allah itu sedikit pun tidak akan berkurang. Kalimat “sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya. Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah” maksudnya janganlah orang beranggapan bahwa ketaatan dan ibadahnya merupakan hasil usahanya sendiri, tetapi hendaklah ia menyadari bahwa hal ini merupakan pertolongan dari Allah dan karena itu hendaklah ia bersyukur kepada Allah. Kalimat “dan barang siapa mendapatkan selain dari itu”. Di sini tidak digunakan kalimat “mendapati kejahatan (keburukan)”, maksudnya barang siapa yang menemukan sesuatu yang tidak baik, maka hendaklah ia mencela dirinya sendiri. Penggunaan kata penegasan dengan “janganlah sekali-kali” merupakan peringatan agar jangan sampai terlintas di dalam hati orang yang mendapati sesuatu yang tidak baik ada keinginan menyalahkan orang lain, tetapi hendaklah ia menyalahkan dirinya sendiri. Refrensi: 1. Alwafi syarah hadits arba'in mustofa dib al bugho dan muhyidin mistu 2. syarah hadits arba'in syaikh utsaimin 3. jami'ul ulum wal hikam 4. syarah hadits arbain empat imam

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis saran dan kritik anda di sini. Harus menggunakan login akun @yahoo, @gmail, @hotmail atau yang lainnya

Silahkan berkomentar "anda sopan kami segan"