Oleh : Ena kusumawati mardia ningsih
عن أبي مالك –الحارث بن عاصم- الأشعري رضي الله عنه قال : قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم - الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله
والحمد لله تملأ ما بين السماء والأرض والصلاة نور والصدقة برهان والصبر ضياء والقران
حجة لك أو عليك كل الناس يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو مُوبقها -" رواه مسلم
|
Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy'ari
radhiyallahu 'anhu, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu 疎laihi
wa Sallam : suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi
timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang
yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah
pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur'an menjadi pembela kamu atau musuh
kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan
itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”.
[Muslim no. 223]
|
Hadits
ini memuat salah satu pokok Islam dan memuat salah satu dari kaidah penting
Islam dan agama dan memiliki beberapa point-point penting untuk kita pahami.
Adapun yang dimaksud dengan kata “suci” ialah perbuatan bersuci. Terdapat
perbedaan pendapat tentang maksud kalimat “suci itu sebagian dari iman” yaitu:
pahala suci merupakan sebagian dari pahala iman, sedangkan yang lain mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan iman di sini adalah shalat, sebagaimana firman Allah
:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُم “Allah tidak menyia-nyiakan iman (shalat)
kamu”.(QS. Al-Baqoroh: 143)
Dan adapun yang mengatakan bahwa suci itu
bagian dari keimanan, bahwa rasulullah
menjelaskan tentang pahala bersuci itu seperti wudhu dan yang lainnya,
pahalanya berlipat ganda disisi Allah hingga mencapai setengah pahala keimanan.
Hal itu karena keimanan akan menghapus
dosa-dosa kecil dan juga dosa-dosa besar yang telah lalu. Sedangkan bersuci
seperti wudhu, dapat menghapus dosa kecil yang telah lalu, maka kedudukannya
setengah keimanan. Syaik Utsaimin mengatakan bahwa keimanan itu terlepas dari
kesyirikan, karena kesyirikan adalah najis, maka dari itu kesucian diwaktu
sholat bagian dari keimanan, dan dia tidak sempurna tanpa adanya kesucian.
Nah
kalau kita perhatikan dari hadits diatas, bahwa tidak ada nilainya kesucian
yang tampak tanpa diiringi oleh kesucian batin. Oleh karena itu kesucian badan
hendaklah diiringi dengan kesucian hati, niat yang baik, tujuan yang benar dan
amalan yang lurus.
Sebagaimana
para ulama' salaf dulunya juga mereka lebih meningkatkan kesucian batin mereka
ketimbang kesucian lahiriyahnya. Dan bagi kita penuntut ilmu misalnya harus
betul-betul mempunyai sebuah niat yang baik dalam rangka tolabul ilmi, karena
diantara orang –orang yang menuntut ilmu mereka dapat disebut suu',
apabila mereka menuntut ilmu karena mengharap kenikmatan dunia, dan kemashuran
di mata ummat. Bahkan Imam Ghazali menafsirkan suci yang disebutkan dalam
hadits tersebut sebagai kesucian hati dari sifat iri, hasad, dengki dan
penyakit hati yang lain karena iman tidak akan sempurna kecuali dengan
sempurnanya hal itu. Dia menafsirkan juga dengan meninggalkan maksiat dan dosa.
Allah swt berfirman lewat lisan kaum Nabi luth ketika menyifati Nabi Luth dan
para pengikutnya yang jauh dari perbuatan keji,
إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang mensucikan diri (
Al-'araf : 82 dan An-naml :56).
Dan
dari hadits diatas juga menjelaskan bahwa nilai kesucian itu tidak juga
sempurna tanpa adanya kesucian secara dzahir, maka keduanya saling mengimbangi.
Karena sebuah kesucian adalah syarat diterimanya sebuah ibadah, dan bagian dari
tanda kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya. Sebagaimana rasulullah saw pernah
menjelaskan bahwa seorang mukmin itu bisa mendapatkan kekhusukan, apabila dia
ketika beribadah kepada Allah dalam keadaan badan serta pakaiannya suci bersih.
Karena itu mencerminkan akan nilai keimanan seseorang juga ketundukan kepada
sang khaliq. Sebagaimana firman Allah swt,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
Wahai
manusia sembahlah Allah yang telah
menciptakan kalian ( Al-baqoroh : 21)
يَا أَيُّهَا
الَّذِين امنوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
وَأَيْدِيَكُمْ
إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا
بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا
فَاطَّهَّرُوا
Apabila
kalian hendak melaksanakan sholat, maka sucikanlah wajah kalian,tangan kalian
hingga siku, dan usaplah kepala dan kaki kalian hingga dua mata kaki, jika
kalian dalm keadaan junub maka mandilah (
Al-maidah : 6 )
Sesungguhnya ungkapan syukur kepada
Allah adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah. Terutama dengan
lafadz-lafadz dan kalimat dzikir yang diajarkan rasulullah yang pahalanya
memenuhi timbangan amalan kebaikan pada hari kiamat sehingga ia melebihi
beratnya timbangan keburukan. Pelakunya pun menjadi orang-orang yang selamat
dan didekatkan kepada Allah swt. Terutama jika pujian kepadaNya disandingkan
dengan pensucian, pengagungan, pemulian dan pengesaannya. hadits di atas juga
menunjukkan bahwa kalimat Alhamdulillah, berkaitan dengan kalimat syukur kita pada
Allah swt. Sebagaimana disebutkan bahwa syukur memiliki beberapa bagian.
- Bersyukur dengan hati yaitu ketika hati
terdetik akan melaksanakan kebenaran.
- Bersyukur dengan
lisan yaitu setiap perkataan yang mengucapkan alhamdulillah.
- Bersyukur dengan anggota badan yaitu
menggunakan setiap nikmat yang Allah berikan dalam rangka mentaati
perintah dan menjauhi larangan Nya.
Kalimat
syukur alhamdulillah memenuhi timbangan, Subhanallah,
dan Alhamdulillah memenuhi yang ada antara langit dan
bumi dalam riwayat Muslim dan yang lainnya, “Tasbih
dan takbir memenuhi langit dan bumi”. Dan menurut riwayat At-Tarmidzi, Lailahaillallah tidak ada penghalang
antara dia dan Allah hingga sampai kepadanya.
Terdapat banyak hadits tentang
keutamaan empat kalimat tersebut, dalam musnad Imam Ahmad dari Abu Said dan Abu
Hurairah bahwa rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya
Allah memilih empat ucapan kalimat : Subhanallah, Alhamdulillah, lailha
illallah, dan Allahu akbar. Barangsiapa yang mengucapkan Subhanallah maka
dituliskan baginya dua puluh kebaikan dan dihapuskan dua puluh kesalahan.
Barangsiapa yang mengucapkan, Allahu akbar ia juga seperti itu. Barang siapa
yang mengatakan Alhamdulillah ia juga seperti itu, dan barangsiapa yang
mengatakan Alhamdulillahi rabbil alamin dari dalam dirinya dituliskan baginya
tiga puluh kebaikan dan dihapuskan tiga puluh kesalahan.
Barang siapa yang mengungkapakan
semua itu dengan lisannya, meyakini atas semua yang diucapkannya dengan sepenuh
hati dan dirinya, mengahayati dengan akal pikirannya, maka ia akan mendapatkan
balasan yang besar. Kalaulah diukur dengan tempat dan diumpamakan dengan volume
maka ia kan memenuhi langit dan bumi. Kalaulah ia mempunyai tangga, maka ia
akan naik kederajat yang paling tinggi. Dalam riwayat At- Tirmidzi dari Abu
Hurairah Nabi saw berabda :
Tidaklah seorang hamba mengucapkan
lailaha illallah ikhas dari hatinya, kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu
langit, sehingga ia dapat sampai ke Arsy selama dia tidak melakukan dos-dosa
besar.
Arsy adalah langit-langitnya surga
firdaus. Barang siapa yang sampai kepadanya, maka dia telah sampai kederajat
yang paling tinggi.
Para ulama' telah berkata : empat
kalimat ini adalah merupakan peninggalan yang kekal dan baik (al-baqiyatus
shalihah ) Allah ta'ala berfirman :
َ الْمَالُ وَالْبَنُون زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(Al-kahfi : 46)
Yaitu yang tetap pahalanya disisi Allah, berkembang dan
terus membesar. Dia lebih baik dari pada harta, keluarga, dan anak.
Orang yang berdzikir itu wajib menghadirkan hati dan
memahami maknanya semaksimal mungkin sehingga dzikirnya itu memiliki pengaruh terhadap
jiwanya, yang membuat hatinya menjadi tenang dan akhlaknya menjadi lurus. Allah swt berfirman :
الَّذِينَ آمَنُواوَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.( Ar-Rad : 28)
Orang mukmin,
sangatlah membutuhkan ketenangan hati dan kemantapan jiwanya. Oleh karena itu
hendaklah ia banyak berdzikir kepada Allah hingga dia selalu berhubungan dengan
Allah, bersandar kepadaNya, memohon pertolongan dan perlindungan Nya, meminta
ampun dan maghfiroh Nya, sehingga ia diingat Allah dikerajaan Nya dengan
karunia dan rahmat Nya, dia menempuh jalan dan petunjuk dan kebenaran.
Sebagaimana firman Allah swt :
Hai orang-orang
yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya
Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi
rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia
Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. ( Al-Ahzab : 41-43 )
Syaikh Utsaimin pernah mengatakan
bahwa kalimat ”Alhamdulillah" itu adalah pensifatan Allah kepada
dirinya bahwa Allah sang yang patut dipuji, dan yang maha sempurna dan
mengucapkannya dapat memenuhi timbangan amal kita nantinya, karena kalimat
tersebut sangatlah agung disisi Allah swt. Sebagaimana hadits rasulullah saw :
كلمتان حبيبتان الى الرحمن خفيفتان
على اللسان ثقيلتان في الميزان : سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
Ada dua kalimat yang sangat dicintai oleh
Allah, dan terasa ringan oleh lidah, dan sangat berat timbangannya yaitu
kalimat Subhanalla wabihamdih subhanallahil a'dzim ( Mutafaqun Alaihi)
Dan beliau juga mengatakan bahwa subhanallah
alhamdulillah itu sangatlah agung disisi Allah karena kalimat tersebut
menunujukkan akan kesucian Allah dari berupa kekurangan, dan juga menetapkan
akan kesempurnaan Nya. Maka karena
itu pantas lah rasulullah mengatakan bahwa kedua kalimat tersebut memenuhi
antara langit dan bumi.
Dan
kalau kita cermati juga dari makna hadits diatas, bahwa sholat fardhu adalah
kewajiban yang terus berlaku rukun yang pokok dari rukun islam. Sebagaimana
dijelaskan rasulullah saw bahwa ia adalah cahaya yang menunjuki pelakunya
kepada jalan kebaikan, mengahalanginya dari perbuatan maksiat, dan menunjukinya
kepada jalan istiqomah. Allah ta'ala berfirman :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan munkar (Al-ankabut : 45)
Dia
adalah cahaya maknawi yang menerangi jalan hidayah dan kebenaran sebagaimana
cahaya menerangi jalan yang lurus dan akhlak yang benar. Dengannya seorang
muslim akan menjadi orang yang berwibawa dan terhormat di dunia dan wajahnya
akan bersinar pada hari kiamat. Allah swt berfirman :
Sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka ( At-Tahrim :
8 )
Kenapa
demikana ? karena orang yang istiqomah bersama Allah, berdiri dihadapan Nya
dengan khusyuk, menghadapkan diri setiap hari lima kali, lurus akhlaknya
bersama manusia, unggul diantara mereka dengan akhlak dan perilakunya, dengan
kewara'an dan ketakwaannya, Allah menjadikan cahaya pada wajahnya sebagaimana
menjadikan cahaya pada hatinya. Allah swt berfirman :
Tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ( Al- Fath : 29)
At-Tabrani
meriwayatkan dari Ubadah bin Samit sebagai hadits marfu' : jika seorang hamba
menjaga sholatnya, menyempurnakan wudhunya, rukunya, sujudnya dan bacaannya,
maka sholat akan berkata kepadanya, semoga Allah menjagamu sebagaimana kamu
menjagaku. Dia naik dengannya kelangit dan memiliki cahaya, hingga sampai
kepada Allah swt dan memberi syaf'at kepadanya.
Sholat
juga adalah penghubung antara seorang hamba dengan rabbnya, bermunajat kepada
sang pencipta. Oleh karena itu maka sholat menjadi penyejuk mata bagi
orang-orang yang bertakwa. Didalamnya mereka mendapatkan kenyamanan,
ketentraman, dan keamanan. Mereka segera menujunya ketika ditimpa kesempitan,
penderitaan, dan kesulitan. Maka, tidaklah mengherankan jika mereka mereguk
dari sumber penghulu para rasul. "Dijadikan kesejukan mataku dalam
sholat" ( Ahmad dan Abu Daud) jika sebuah urusan membuatnya bingung,
beliau memanggil Bilal, wahai Bilal dirikanlah sholat dan hiburlah kami
dengannya.
Dan
dari hadits ini juga menjelaskan "shodaqotu
burhan" yaitu shadaqah adalah bukti atas benarnya iman seseorang dan
bahwa ia telah merasakan nikmatnya keimanan. Sebagaimana rasulullah saw
bersabda :
Tiga perkara barang sipa yang
mengerjakannya, maka ia akan merasakan manisnya keimanan: Barang siapa yang hanya
beribadah kepada Allah, bahwa tiada tuhan selain Allah, menunaikankan zakat
hartanya dengan penuh senang hati dan memberikan bantuan kepadanya setiap
tahun.
Syaikh
Utsamin mengatakan, kenapa demikian ? karena harta itu disenangi oleh jiwa dan
ia kikir dengannya. Maka jika ia berlapang dada untuk mengeluarkannya dijalan
Allah, hal itu menunjukkan akan benarnya keimanan kepada Allah dan keyakinannya
atas janji dan ancaman Nya.
Adapun tentang kalimat "sobru
dhiya'" bahwa seorang muslim itu bisa senantiasa berada dijalan
kebenaran selama dia bertahan dalam kesabaran. Demikan itu karena manusia hidup
didunia terancam oleh berbagai kesulitan dan diliputi berbagai musibah yang
semua itu membutuhkan ketabahan dan kekuatan. Jika tidak demikian maka ia akan
hancur dan binasa. Dan kita sudah mengetahui bahwa segala hal yang dihadapai
seorang hamba di dunia, tidak terlepas dari dua keadaan :
a.
Keadaan yang sejalan dengan apa yang
dinginkannya, seperti kesehatan, keselamatan, harta, kedudukan, kedudukan dll.
b. Keadaan yang
berbeda dan tidak sejalan dengan apa yang dinginkannya, maka itu perlu
kesabaran. Dan
kesabaran ini bisa dibagi menjadi tiga macam :
1.
Kesabaran yang berhubungan dengan ketaatan.
Hamba harus mampu memupuk kesabaran dalam hal ini, sebab jiwa manusia mempunyai
tabi’at untuk selalu menghindari ubudiyah. Dan seorang hamba juga perlu
bersabar dalam masalah ketaatannya, yang bisa dibedakan dalam tiga keadaan : pertama,
keadaan sebelum ibadah, yaitu meluruskan niat, ikhlas dan sabar dalam
membersihkan dirinya dari noda riya’. Kedua, keadaan tatkala
melaksanakan ibadah, yaitu sabar untuk tidak melalaikan Allah saat beribadah,
sabar untuk tidak bermalas-malas dalam melaksanakan adab dan sunnah-sunnahnya. Ketiga,
kedaan seusai ibadah, yaitu sabar untuk tidak memamerkannya dan tidak
menceritakannya karena riya’ dan mencari nama serta hal-hal yang bisa
menggugurkan amalannya.
2.
Kesabaran yang berhubungan dengan
kemaksiatan. Seorang hamba sangatlah memerlukan kesabaran dalam bentuk ini.
Jika kedurhakaan ini sangat mudah untuk dilakukan , seperti ghibah, dusta dan
lain-lainnya, maka kesabaran dalam hal ini sangat berat.
3.
Kesabaran yang berkaitan dengan sesuatu yang
diluar kehendak dan pilihannya. Seperti datangnya musibah yang tidak terduga,
seperti kematian orang yang dicintai, harta benda yang musnah dan lain-lainnya.
Betapa besar
kebutuhan seorang muslim kepada kesabaran untuk taat membutuhkan
kesabaran, untuk meninggalkan maksiat
membutuhkan kesabaran, dan untuk menanggung penderitaan dan musibah membutuhkan
kesabaran. Oleh karena itu berakhlak dengan sifat sabar adalah kekuatan yang
tidak ada tandingannya.
Dan
hadits ini juga menerangkan bahwa pedoman hidup seorang muslim itu adalah
alqur’an dan mengambil petunjuk dari petunjuknya, mengamalkan perintahnya,
meninggalkan larangannya dan berakhlak dengan akhlak-akhlaknya. Barang siapa
yang berbuat seperti itu, maka dia akan mendapatkan manfaat dari alqur’an
ketika membacanya. Dia menjadi dalil
yang menunjukkan jalan keselamatan didunia dan menjadi keterangan yang akan
membelanya dihari kiamat. Barang siapa yang menyimpang dan berpaling dari
ajaran-ajaran alqur’an, maka dia akan menjadi musuhnya pada hari kiamat.
Dan
yang terakhir bahwa hadits ini juga menjelaskan, bahwa setiap manusia berjuang
untuk dirinya dan ada yang menjual dirinya kepada Allah dengan mengamalkan
perintahnya dan dia selamat dari adzab Nya.
Sebagaimana firman Allah swt.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga bagi mereka (At-Taubah :
111)
Dan
adapun bagi orang-orang yang menjual dirinya kepada selain Allah, yaitu kepada
setan dan hawa nafsunya maka dia akan celaka karenanya. Sebagaimana firman
Allah,
Diantara
orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka
ada pula yang menunggu-nunggu dan sedikit pun tidak mengubah janji. (
Al-Ahzab : 23 )
Dan
adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari hadits ini adalah :
1.
Setiap mukmin harus memperhatikan mengenai
kesucian batin sebagaimana perhatiannya kepada hal-hal yang dzahir.
2.
Iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah
dan berkurang. Bertambah dengan amal sholeh dan berkurang disebabkan oleh
maksiat.
3.
Amal perbuatan manusia itu pada hari kiamat
akan ditimbang dengan timbangan (mizan)
4. Kecintaan
kepada amal-amal sholeh sekalipun kecil bentuknya.
5. Memperbanyak
infak dijalan kebaikan, bersegera membantu kebutuhan orang fakir dan miskin dan
kekurangannya yang itu semua merupakan sedekah yang ikhlas untuk mendapatkan
ridho Allah swt.
6.
Alqur’an adalah undang-undang kaum muslimin,
dan alqur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba jika ia mau mengamalkannya
7.
Manusia hanya ada dua macam (bahagia dan
celaka) tidak ada yang ketiga.
8.
Seorang muslim harus berusaha keras untuk
menggunakan waktu dan umurnya untuk taat kepada Allah, dan tidak menyibukkan
dirinya kecuali dengan cinta kepadanya dan apa yang memberi manfaat bagi
kehidupannya didunia dan diakhirat.
9.
Menjaga sholat pada waktunya. Mengerjakannya
dengan sempurna dengan rukun, kewajiban, sunnah dan adabnya setelah memenuhi
semua syaratnya dengan sempurna.
Referensi :
· Alwafi syarah hadits arba’in Imam Nawawi, oleh :
Mustafa Dieb Al-bugha &Sa’id Al-khin
· Mukhtasar minhajul qosidin, oleh : Ibnu Qudamah
· Syarah arba’in An-nawawiyah, oleh : Abu Abdillah
Mahmud bin Jamal
· Syarah hadits arba’in, oleh : Yahya bin
Syarifuddin